Daily Lent Reflections - Fr. Laurence Freeman, OSB
Sebagian besar ilmuwan di jaman kita ini tidaklah materialistis. Mereka
mengamati alam semesta seperti jaringan keterkaitan, ruang antara benda-benda
yang sebenarnya adalah medan hubungan energi – selama ini adalah sumber
pemahaman baru tentang manusia, alam semesta dan yang ilahi.
Seperti halnya
dengan seni, ilmu terbesar adalah khayalan kosong yang dengan berani
menggunakan model baru dari kenyataan untuk menyelidiki siapa dan di mana kita
berada. Segala sesuatu yang kita ketahui tentang dunia dengan cara ini adalah
dengan kiasan.
Aquinas agung
mengatakan kita hanya boleh membicarakan tentang Allah dengan analogi. Yesus
menggunakan kiasan yang mengejutkan tentang seorang bapa – ‘bapaku dan bapamu’
– diungkapkan dengan ungkapan yang akrab, abba, untuk menunjukkan relasi dengan
misteri terakhir‘yang meneroboskan cahaya yang tak dapat didekati’. Perhatian
kita tidak boleh terpecah oleh unsur gender kiasan tersebut atau oleh
pengalaman kejiwaan pribadi kita tentang seorang bapa.
Eileen O’Hea suatu
ketika bertanya kepada Dalai Lama ‘jika anda dapat bertemu dengan Yesus,
pertanyaan apa yang akan anda tanyakan pada-Nya?’ Dia langsung menjawab ‘apa
kodrat alami Bapa?’
Untuk memahami
kuasa pembebasan dan pewahyuan dari gambaran dan pemikiran besar ini – baik secara
ilmiah dan agama dan, terlebih lagi sekarang ini, kombinasi keduanya – kita
butuh ruang pemikiran. Ruang ini adalah ruang gerak cepat tempat kita memahami
kiasan-kiasan tersebut tanpa tergoda memasuki pemujaan berhala mereka lalu
menerimanya secara harafiah. Bagi para fundamentalis, tidak ada yang lebih
menakutkan daripada ruang gerak cepat ini. Mereka sering menyebutnya sebagai
“mengosongkan pikiran agar setan dapat masuk”.
Namun orang
Kristiani memahami ruang gerak cepat ini adalah ‘kemiskinan dalam roh’ – suatu
keadaan pikiran dan hati tempat kita membuka diri pada misteri tersebut dan
tidak melekat pada apapun yang dapat kita sebut milik kita atau memiliki
kelekatan akan kemilikan emosional. Kita tidak menyerbu dan menjajah ranah
kebenaran. Kita bergerak cepat masuk ke dalamnya. Sebenarnya, kita dituntun
memasukinya.
Prapaskah adalah
saat untuk menciptakan kembali ruang tersebut, untuk membuang kepemilikan dan
berhala yang berserakan. Meditasi adalah suatu disiplin yang membuat ini
menjadi sebuah pengalaman bukannya sekedar /pemikiran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar