Daily Lent Reflections - Fr. Laurence Freeman,
Anak-anak butuh adanya kebiasaan. Kita
semua selalu memperbaharuinya seturut keadaan yang berubah Kebiasaan adalah
sumber rasa aman dan rasa percaya diri dalam hidup. Tetapi kita semua ingin
menghindar dan bebas dari itu - suatu yang kita pikir dapat kita kendalikan dan
kita sebut sebagai liburan.
Kita akan bagaimana
jadinya tanpa kebiasaan? Pada tingkat kejiwaan, kebiasaan memberi ketenangan
batin (meskipun seringkali kita merasa terjebak). Secara kejiwaan kita
mengulang kebiasaan dan pola pikiran yang membosankan itu. Kita sebenarnya
jarang memikirkan karena kita hanya mengulang kebiasaan lama menanggapi
perasaan yang menyamar sebagai pemikiran.
Kita menyatakan
diri dan gaya hidup kita sesuai dengan kebiasaan kita, baik itu kebiasaan baik
maupun kebiasaan buruk, yang terbentuk setiap harinya. Kebiasaan manapun itu
akan memberikan rasa aman palsu karena kebiasaan itu seperti mesin saja dan
membuat kita jadi tak mampu untuk memasuki sumber daya cipta dan spontanitas
yang lebih dalam. Kita kagum dan iri pada orang yang berani melakukan sesuatu diluar kebiasaan mereka. Bahkan
kebiasaan baik sekalipun perlu kita sadari. Kita lupa bahwa kita juga mampu
seperti orang lain untuk hidup pada saat kini sehingga dapat mengubah kebiasaan
yang seperti mesin ini menjadi tatacara yang hidup.
Kebiasaan itu
diatur, secara lebih tersusun alami bukannya berpola seperti mesin yang tidak
manusiawi, yang hanya sampai tingkat kita hidup kontemplatif - di sini dan saat
ini. Bagi John Main, hal ini sama dengan lompatan iman terus menerus,
"resiko bagi semua yang dikasihi". Lepaskanlah, sebelum kita yakin
apa yang akan terjadi.
Anehnya, meskipun
ini adalah kebiasaan yang baik dari meditasi, pagi dan petang, yang memperkuat
kemampuan untuk hidup menyeluruh (namun sempurna - tidak ekstrim). Dalam
meditasi, kita langsung minum dari sumur keberadaan kita yang sejati dalam saat
kini yang abadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar