Daily Lent Reflections - Fr. Laurence Freeman, OSB
Petrus dan teman-temannya sudah terlelap, tetapi mereka tetap terjaga dan
melihat kemuliaan-Nya. (Lukas 9: 31)
Injil hari ini
mengenai Transfigurasi. Yesus mengajak tiga orang murid yang paling
dipercayainya ke atas bukit dan terjadi transfigurasi fisik di depan mereka.
Suara Allah berbicara dari awan yaitu kehadiran ilahi. Kehadirannya secara
nyata sehari-hari ini selalu tampak dan tersembunyi silih berganti.
Pada peristiwa
berikutnya, malam sebelum Sengsara-Nya, Ia mengajak murid-murid yang sama untuk
berdoa di taman Getsemani. Di situpun mereka juga tertidur lelap dan Dia
memaksa mereka dengan keras untuk tetap terjaga paling tidak selama setengah
jam bersama-Nya. Diatas bukit inilah mereka melihat kemuliaan-Nya dinyatakan,
mereka hampir, tetapi tidak dapat menahan rasa ngantuknya.
Cahaya kemuliaan
atau penderitaan yang tak lama lagi dialami: sepertinya yang manapun juga dapat
membuat kita mengantuk.
Tidur adalah
penyembuh yang hebat. Jika beberapa hari kita tidak tidur, kita bisa gila.
Tidur memulihkan keseimbangan kembali dan menyembuhkan tubuh serta pikiran.
Tetapi juga bisa menjadi tempat pelarian hebat. Adanya tekanan oleh
peristiwa-peristiwa dari luar diri kita atau perubahan besar dalam diri yang
setahu kita di luar kendali kita, kita mudah berhenti berusaha untuk mengatasi
itu semua lalu menyerah serta lupa pesan agar jangan tidur. Setiap kita
dihadapkan dengan sesuatu yang tidak bisa kita atasi atau kita pahami, pikiran
kita cenderung berbalik dan memilih untuk menutup diri. Namun tak seorang pun
mendapatkan pencerahan ketika mereka tidur.
Jadi kita diajak
untuk ‘tetap berjaga dan berdoalah’. Setiap meditator bergumul/berjuang,
terutama pada tahap-tahap awal latihan, melawan rasa kantuknya. Kita
bertanya-tanya ‘apakah aku mendapat manfaat dari latihan ini meskipun aku
tertidur?’ atau ‘apakah aku tertidur atau mungkinkah aku berada dalam kesadaran
yang lebih tinggi?’
Perjalanan kita
harus melampaui daerah diluar tidur manusia termasuk semua tingkatan kesadaran
tidur. Godaannya adalah untuk menyerah, setengah hanyut dalam lamunan atau
bahkan benar-benar lupa. Ketekunan pada mantra membantu kita untuk melewati
daerah yang oleh guru Kasianus dikatakan sebagai ‘tidur yang membahayakan’ dan
John Main menyebutnya ‘terhanyut kudus’. Meditasi selalu adalah karya kesadaran.
Di sisi lain dari
daerah penghindaran dan pelepasan ikatan ngantuk ini kita memasuki daerah bebas
dan kemilikan yang lepas. Kemudian kemuliaan yang menyelimuti kita dan dasar
diri kita akan dinyatakan kepada kita. Inilah transfigurasi kita di dalam
transfigurasi agung Kristus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar