Dalam biara yang baru saja saya kunjungi ada sebuah program satu
bulan pemulihan dari kecanduan obat yang berhasil. Saya terkesan dengan sumpah
yang mereka ucapkan pada awal masa perawatan mereka. Secara harafiah sumpah
tersebut adalah sumpah untuk ‘kebenaran’.
Sumpah tersebut melibatkan
suatu komitmen untuk mengikuti seluruh program dan tidak menyerah. Atau –
menurut kodrat manusia – untuk memulai lagi jika mereka memang menyerah. Sumpah
ini dapat diambil atas nama iman mereka sendiri atau atas nama alam semesta.
Dalam rumusan apa pun, sumpah ini adalah sebuah tindakan mempercayai diri
mereka sendiri, mempercayai kedalaman dan dimensi transenden mereka, dan juga
kemampuan mereka untuk menjadi utuh.
Masa Prapaskah adalah program
yang serupa. Hari ini banyak umat Kristiani dengan jelas diingatkan kembali
akan kefanaan kita oleh abu yang diletakkan di dahi mereka. Hal ini membawa
kita ke dalam kedalaman kerendahan hati dan realisme yang membuahkan wisdom dan
kesehatan jiwa. Jadi hari ini merupakan sebuah kesempatan. Apakah kita
mengambil sumpah untuk tulus terhadap kedalaman dan misteri apapun yang mungkin
kita rengkuh saat kita memasukinya?
Apa yang harus kita lakukan?
Para tentara dan orang-orang kota pernah mendatangi padang gurung dan bertanya
pada Yohanes Pembaptis dengan pertanyaan yang sama. Tradisi kuno mengatakan
bahwa ada tiga dimensi asketis – ‘latihan’ – yang merupakan aspek perjalanan
rohani. Kita dapat memikirkan untuk memilih satu hal untuk dilakukan dalam
setiap kategori.
Mengurangi atau menolak
sesuatu. Hanya kita yang tahu – apa kebiasaan yang buruk atau tidak sehat dari
hati dan tubuh kita? Apapun yang mengecilkan atau membuang-buang waktu. Apapun
yang mengendalikan kita dan memberi kita rasa nyaman yang palsu. Mengawali atau
memperkuat sesuatu. Mungkin yang lebih dahulu penting adalah meditasi kita.
Memperkuat latihan yang baik akan menyebarkan manfaat di sekeliling pribadi
kita, baik batin maupun fisik.
Memberikan sesuatu. Tanpa
diketahui. Dan tanpa mengharap untuk diketahui atau dibalas. Bahkan melepaskan
kepuasan diri yang mungkin kita peroleh. Bisa dalam bentuk uang atau waktu atau
sebuah senyuman kepada kasir yang tampak memelas di supermarket.
Cukup satu hal satu hari tapi
tanpa keserakahan untuk menjadi sempurna. Hanyalah niat untuk tulus pada diri
kita sendiri.
Dengan demikian, Prapaskah akan
mengangkat kita dan jadi menyenangkan. Dan tak lama kemudian kita akan siap
untuk menghadapi yang lebih lagi.
"Pahami yang ada di
hadapan mu dan apa yang tersembunyi akan dibukakan." (Injil Tomas)
Laurence Freeman OSB
www.wccm.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar