Daily Lent Reflections - Fr. Laurence Freeman OSB.
SENIN MINGGU II PRAPASKAH 2013
Berilah
maka hadiah-hadiah akan engkau dapatkan: suatu takaran penuh, dipadatkan,
digoyang-goyangkan dan digilas akan dicurahkan ke dalam ribaanmu; sebab jumlah
ukuran yang kamu gunakan akan diukurkan kembali kepadamu. (Luk 6: 37)
Tahap pertama dari
memberi (salah satu latihan Prapaskah kita) adalah untuk menunda pengambilan –
atau sekurang-kurangnya mengambil seadanya saja. Saya sering heran dan
disadarkan betapa banyaknya saya menerima begitu saja; betapa beruntungnya saya
menerima kemurahan hati orang lain tanpa ada rasa syukur secara tulus yang
muncul dari rasa heran itu dan dari rasa diri tidak berharga (bukan penolakan
diri). Ketika hal itu terjadi, suatu ukuran rasa syukur sebenarnya dirasakan.
Kemudian setelah bersyukur atas hal ini atau itu, kita akan dipenuhi oleh rasa
terima kasih sederhana apa adanya – yang sebenarnya merupakan keadaan kesadaran
murni, merasakan doa murni.
Lebih baik
seseorang diyakinkan bahwa dia ‘berharga’ melalui penerimaan kemurahan hati
orang lain daripada merasa bahwa memang hak kita untuk menerimanya. Namun
selama ini ego itu seringkali lebih licik. Jadi seringkali kita mengatasi hidup
sehari-hari kita dengan kurangnya tingkat kesadaran untuk melakukan relasi
sejati dengan orang lain dan dengan kerendahan hati yang agak munafik.
Sabda Yesus di atas
menyangkal kita untuk melakukan pilihan untuk mengatasi atau menipu diri. Kita
terapkan itu saat kita bermeditasi dan juga dengan cara-cara lain, didukung
dengan meditasi, karena kita tidak memberi perhatian pada diri kita sendiri
melainkan pada orang lain. Perhatikan nadanya – bukan nada orang yang
berperilaku baik: engkau harus melakukan ini atau itu. Melainkan nada
pewahyuan: beginilah caranya dan, jika engkau bisa melihat yang ada di sana,
engkau dapat melihat bagaimana hal ini selanjutnya.
Pesan hari ini
tentang memberi, dengan jujur menyatakan unsur kepentingan diri pribadi yang
menarik perhatian kita – menjadi orang pemberi dan engkau sewajarnya akan
menerima pemberian. Hal itu muncul dalam hidup sehari-hari – baik untuk jangka
menengah maupun jangka panjang. Namun dibalik kepentingan pribadi tersebut,
dalam ajaran ini – ada sekilas cakrawala alami tentng kenyataan mutlak. Pada
mulanya tampak seperti percikan kabut yang bersinar. Semakin kita mendekat, air
terjun besar pencipta kasih muncul, selalu mengalir dari arah yang sama, yaitu
Tritunggal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar