WCCM - Lent Reflections 2017
Sunday Lent Week Second
Sekarang ini kita berpartisipasi
dalam percobaan klinis menyelidiki pengaruh meditasi pada sekelompok dokter dan
perawat yang bekerja dalam departemen gawat darurat yang penuh tekanan pada sebuah
rumah sakit besar. Pada sesi terakhir, pada pagi hari, saya terkesan
mempelajari bahwa beberapa orang yang hadir baru saja keluar dari shift 13 jam
yang dimulai dari jam 20:00 malam sebelumnya.
Salah satu yang diselidiki adalah
tingginya tingkat – sampai enam puluh persen – kelelahan di antara staff medis. Secara temperamen mereka adalah
orang-orang yang kuat dan tangguh. Mereka berbagi motivasi yang intens dan
mendalam (sangat mendalam) untuk membantu orang lain yang membutuhkan. Tetapi
saya bertanya-tanya apakah kedatangan mereka pada sesi empat jam langsung
setelah pengobatan darurat semalam penuh akan mengurangi atau menambah bahaya
kelelahan pekerjaan. Jelas mereka merasa meditasi ini akan membantu mereka.
Selain tantangan meditasi harian yang harus mereka hadapi dalam hidup yang
penuh tuntutan, dengan pekerjaan dan keluarga yang menarik mereka untuk memberi
lebih lagi, mereka melihat kursus ini sebagai kesempatan bagus dan mereka
bertekad untuk memanfaatkannya sebaik-baiknya.
Mereka merasakan sebuah panggilan
dan mereka telah memulai sebuah peziarahan. Inilah tema bacaan Keluaran dari
masa Prapaskah yang menjelaskan mitos abadi bangsa Israel dipimpin keluar dari
Mesir dan mengembara selama empat puluh tahun di padang gurun, bersiap-siap
menuju tanah terjanji dimana susu dan madu mengalir. Catatan sejarah
menunjukkan tidak ada bukti perbudakan dan pelarian semacam itu tetapi mitos
selamanya tertanam dalam budaya dan imajinasi orang-orang Yahudi dan tradisi
Kristiani.
Dalam bacaan pertama hari ini,
kita membaca tentang Abram mendengar panggilan untuk ‘pergilah dari negerimu
dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan
Kutunjukkan kepadamu.’ Bagi dia dan juga rahib-rahib Irlandia, yang percaya
bahwa mereka tidak dapat menjadi rahib di negerinya sendiri dan menjalani hidup
pengasingan, tantangan untuk meninggalkan rumah keluarga dan pergi ke tempat
tak diketahui sudah tertanam mendalam dalam jiwa. Tantangan ini bersaing dengan
kebutuhan kita akan rumah, rasa aman dan keakraban, seperti halnya keinginan
kita untuk beristirahat atau mati terjalin kusut dengan eros, nafsu kita untuk
hidup.
St. Paulus menjelaskan
pertentangan batin yang sedang digumulinya, bimbang antara kerja keras dan
penolakan yang mengenai dirinya dengan damai dan suka cita saat dia menemukan
Kristus. Dia membahasnya sebagai sebuah rahmat yang diberikan ‘sebelum awal
jaman’. Kita ada di dalam imajinasi ilahi sebelum Big Bang membawa waktu dan
ruang, kedamaian dan kelelahan, rumah dan pengembaraan dalam keberadaan.
Injil hari ini adalah tentang
Transfigurasi. Dalam buku The Good Heart, dimana Dalai Lama memberi komentar
atas bacaan ini, dia mengacu pada gagasan orang Tibet mengenai tubuh pelangi,
yang menjelaskan bagaimana tubuh fisik ditransfigurasikan dalam diri
orang-orang yang telah mencapai pencerahan tertinggi tetapi masih tetap ada di
dunia ini untuk terus membantu orang-orang yang membutuhkan.
Jadi hari demi hari kita
menjalani peziarahan kita, meskipun itu adalah perjalanan, meninggalkan rumah
dan keluarga, menjelajah dunia asing orang lain dan menjumpai
kebutuhan-kebutuhan mereka dengan sumber daya kita yang terbatas. Kita entah
kelelahan atau ditransfigurasikan. Perbedaannya terletak pada apakah kita sudah
diam sejenak untuk disentuh oleh rahmat yang sudah ada sebelum waktu.
With love,
Laurence
(Diterjemahkan: Lukas Kristanda - WCCM Indonesia)
sumber: www.wccm.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar