Saya pikir sulit bagi kita pada
abad 20 ini karena kita tinggal di masyarakat yang materialistis. Masyarakat
yang memandang semuanya dari segi kepemilikannya dan walupun jika kita secara
lahiriah tampak lebih mementingkan hal-hal yang rohani, kita dengan mudah
menjadi materialistis secara rohani. Sebagai ganti mengumpulkan uang, kita
berusaha mengumpulkan karunia atau pengalaman rohani. Tetapi jalan doa ini
adalah jalan untuk bebas-lepas dan penyerahan, dan ini merupakan hal yang sulit
bagi kita karena kita telah diajarkan untuk mencapai keberhasilan, kita telah
diajar pentingnya menjadi pemenang, bukan kekalahan.
Tetapi Yesus mengatakan
"Barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya"
(Mat 16:25). Dan mengucapkan mantra adalah tanggapan dari perintah Yesus untuk
sepenuhnya berada dalam naungannya, untuk memberi pada-Nya perhatian kita yang
tidak terbagi, untuk memberi pada-Nya hati kita yang tidak terbagi, untuk
berada dalam keadaan yang tidak terbagi, atau dengan kata lain bersatu dengan
Dia.
St. Paulus adalah salah satu guru
yang bijaksana dalam tradisi kontemplatif. Dalam suratnya kepada jemaat di Roma
tentang panggilan sebagai orang Kristen yaitu untuk mengalami "kemerdekaan
kemuliaan anak-anak Allah" (Rm 8:21). Dan dia menanyakan bagaimana kita
mencapai kebebasan itu, bagaimana kita masuk dan menyadarinya? Dia menjawab,
"...hanya iman yang bekerja oleh kasih" (Gal 5:6). Dan jalan kepada
iman itu, bekerja oleh kasih, ialah 'bersatu dalam Yesus Kristus'. Untuk maksud
inilah tujuan dari Meditasi Kristiani. Yesus tinggal di dalam hati kita.
Meditasi Kristiani menyadarkan kita akan hadirat-Nya. Untuk itu kita harus
belajar menjadi hening, diam dan penuh perhatian akan kehadiran ini dalam hati
kita. Dan jalan untuk dapat memperhatikan dengan penuh ialah mengulangi mantra
kita. Untuk mengulanginyadari awal meditasi sampai akhir, tanpa henti.
The Way of Unknowing - John Main, OSB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar