✳️
Bacaan
Harian Bersama John Main
30
Juli 2020
Semakin
banyak orang yang menyadari bahwa dalam dunia modern ini kita telah kehilangan
kontak dengan yang terpenting. Kita kehilangan kontak dengan keberadaan dasar
kita, pusat diri kita. Akibatnya, masalah yang kita hadapi adalah kita berhenti
melihat praktek agama kita atau praktek hidup rohani kita sebagai suatu
disiplin. Seringkali kita melihat komitmen agama atau komitmen rohani
sehubungan dengan manfaat yang kita peroleh.
Ada
seorang anak muda dari London yang tinggal bersama kami tahun lalu dan ketika
kami sedang berbincang-bincang pada suatu hari, dia mengatakan: “Tahukah anda,
Romo John, anda akan kaget kalau anda mendengarnya, tetapi saya dulu tidak mau
beragama saya karena saya tidak mendapatkan apa-apa dari situ. Wah, bila saya
memikirkannya sekarang, saya terjaga di malam hari dan keringat dingin mengalir
ke tulang belakang saya. Bayangkan, saya dulu memikirkan apa yang akan saya
dapatkan dari agama”. Ia baru saja mulai menjalin kontak kembali.
Saya
membayangkan kita semua telah mengadopsi pendekatan yang terpusat pada ego
dalam praktek agama maupun hidup rohani pada suatu waktu. Kita juga perlu
menyelidiki kodrat kehidupan beragama kita untuk menemukan suatu cara mulai
mengurangi unsur egoistis di dalamnya. Kita perlu direngkuh oleh kebenaran sehingga
nilai-nilai agama kita tidak dimanfaatkan atau dijadikan percobaan karena
mereka – dan kekudusan yang diwaklinya – memerlukan komitmen kita. Saat kita
mulai berkomitmen, kita telah memulai perjalanan ini. Inilah perjalanan yang
membutuhkan disiplin, dan tantangannya bagi kita ialah perjalanan ini
menjauhkan kita dari keegoisan kita.
The
Way of Unknowing
Refleksi
Bacaan Harian Bersama John Main
30
Juli 2020
Apakah
kita menjalankan praktek keagamaan kita, seperti berdoa, pergi ke gereja,
adorasi, berdasarkan niat kita yang tulus untuk menyembah Tuhan, menyembah-Nya
dalam Roh dan dalam Kebenaran? Atau apakah kita melakukannya atas dorongan kita
untuk mendapatkan sesuatu, dorongan yang melibatkan ego kita?
Pater
John Main mengingatkan kita dalam bacaan hari ini, “Saya membayangkan kita
semua telah mengadopsi pendekatan yang terpusat pada ego dalam praktek agama
maupun hidup rohani pada suatu waktu. Kita juga perlu menyelidiki kodrat
kehidupan beragama kita untuk menemukan suatu cara mulai mengurangi unsur
egoistis di dalamnya.”
Meditasi
Kristiani adalah doa iman. Meditasi Kristiani adalah doa murni. Kita
bermeditasi bukan untuk mendapatkan sesuatu. Kita bermeditasi untuk melepaskan
sang diri, melepaskan keterikatan kita pada keakuan kita, ego kita. Dalam
meditasi kita masuk dalam keheningan yang mendalam melalui pengucapan mantra
Maranatha. Kita tidak berpikir tentang Allah, kita tidak menganalisa arti kata
doa itu. Kita hanya mengucapkannya senantiasa dengan hati yang penuh cinta,
dengan sabar dan setia pada kata doa itu selama waktu meditasi.
Dalam
meditasi kita menyadari betapa miskinnya kita di hadapan Allah. Kita menyadari
bahwa kita membutuhkan Allah, satu-satunya sumber pengharapan kita. Dan Ia
sungguh hadir dalam hati kita dan sangat mencintai kita.
Pater
John Main mengatakan bahwa Meditasi Kristiani tidak menghilangkan bentuk doa
lainnya. Saat kita melakukan meditasi dengan tekun dan setia maka kehidupan doa
kita, kehidupan pribadi kita diperbaharui, disegarkan, dan dipulihkan, menjadi
semakin selaras dengan kehendak Bapa.
Apakah
setelah kita tekun dan setia bermeditasi kita akan tetap sama dalam kehidupan
doa kita, dalam hidup keseharian kita? Bukankah kita akan berdoa dan menyembah
Tuhan dalam Roh dan dalam Kebenaran?
Tuhan
memberkati. 🙏
Berkah
Dalem. 💖
Tidak ada komentar:
Posting Komentar