WCCM - Lent Reflections 2017
Holy Saturday
Kematian selalu dramatik. Inilah puncak penutupan. Hari-hari setelah
kematian bisa apa saja namun dramatis. Seringkali membosankan dan tanpa warna,
awal dari depresi lambat tanpa henti. Mereka yang merasa ditinggalkan di pantai
kosong keberadaan ini mulai menyesuaikan diri dengan ruang kosong tersebut,
kehampaan yang ditinggalkan untuk mereka oleh orang yang mereka cintai.
Kehidupan mereka pernah berputar di sekeliling orang tersebut dengan cara-cara
yang sebelumnya hanya mereka sadari separuhnya, dan di kedalaman diri
mereka, yang tidak pernah mereka
perhatikan sebelumnya.
Inilah kasus yang terjadi pada
mereka yang secara pribadi terpukul oleh kematian Yesus di Salib. Para penonton
dan kerumunan yang haus darah dengan cepat melupakan Dia, hanya dianggap sebagai
kurban lain jaman kekerasan di mana mereka hidup. Keluarga dan para sahabat-Nya
bergerak maju mundur melintasi spektrum yang terentang antara rasa malu dan
rasa bersalah hingga rasa kecewa, takut dan marah.
Kita memerlukan saat ini untuk berkabung dan bersedih dan terkadang
putus asa atau marah. Sabtu Malam Paskah menyimbolkan saat perkabungan ini,
menangis tanpa air mata, sebuah jembatan yang terputus bagian tengahnya, sebuah
kursi kosong, sebuah ranjang yang ditempati separuhnya.
Hal ini benar pada permukaan saja. Tetapi, dari kedalaman di bawahnya,
kita mendengar peluru misil Roh Kristus menembus seluruh lapisan kesadaran yang
tersembunyi, terlupakan dan terkuburkan. Mereka ada di dalam diri kita,
seandainya kita tahu, sejak awal evolusi manusia. Tetapi kita lebih suka tidak
mengetahuinya karena kita akan bingung ketika tahu berapa banyak tahapan
perkembangan pra-manusia yang masih ada di dalam diri kita, berapa banyak nenek moyang yang kita miliki.
Karena belum bangkit, Yesus menggaru neraka, kita menunggu
kemunculan-Nya kembali ke dunia manusia, dimana kita dapat mengenal diri kita.
Tetapi apakah kita akan mengenali-Nya
bangkit? Segera kita akan melihat bagaimana kita telah berubah,
bagaimana rantai yang dahulunya berat menjadi lebih ringan, menjadi lebih
longgar jika kita ingin mengujinya. Kita akan mulai, selama abad-abad
mendatang, merasa bagaimana kedamaian
baru menggantikan ketakutan lama, kelembutan baru menggantikan kekerasan
jaman dahulu. Kita akan melihat hubungan tumbuh antara prasadar dan sadar.
Pencerahan dalam keadilan, kebebasan dan martabat manusia, agama dan relasi
manusia muncul dari kesadaran baru ini ketika manusia dipahami dalam terang
dari sumber dan tujuannya.
Tetapi apakah kita mengenali-Nya bangkit? Dia yang berkata ‘engkau dan
Aku membentuk satu pribadi yang tak terpisahkan?’
With love,
Laurence
(Diterjemahkan: Lukas Kristanda – WCCM Indonesia)
Sumber: https://laurencefreeman.me/2017/04/15/holy-saturday/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar