WCCM Lent Reflections 2016
Palm Sunday
Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja. Kata
Yesus
kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau
akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.”
Hari ini drama Kisah Sengsara dimulai, perjalanan dari neraka
penderitaan menuju sukacita Firdaus. Setiap detil dari setiap kejadian yang
dijabarkan melewati ribuan tahun telah memasuki imajinasi kolektif kita.
Meskipun, karena kurang penularan iman, kebanyakan orang mungkin tidak dapat
mengidentifikasi detil atau kisah tersebut, gambarannya masih tetap kuat.
Setiap orang yang benar-benar mendengarkan narasi ini akan mengenali dirinya
dalam kisah tersebut. Di sini, dalam perubahan manusia Yesus yang terakhir, Dia
menghibur pencuri yang disalibkan bersebelahan dengan-Nya, setelah mereka mati
mereka akan berada di Firdaus bersama.
Sebuah drama yang interaktif dan kita hanya dapat memahaminya saat
kita berada di dalamnya. Kisah tersebut banyak menghubungkan kerendahan hati
psikologis Yesus – Dia sepenuhnya dilucuti hak dan harga diri-Nya – dan
penurunan fisik serta penderitaan-Nya. Jadi maknanya bukan hanya Yesus sebagai
pribadi pahlawan, orang tak bersalah yang menjadi kambing hitam. Harga diri dan
juga kerapuhan fisik kita juga dipertanyakan. Melihat kisah ini secara obyektif
saja cukup sulit, tanpa akhirnya jatuh kedalamnya dan secara mental dan fisik
berempati dengan semua yang dialami oleh Yesus. Kemampuan berempati inilah yang
menjelaskan kualitas penebusan kematian Yesus, mengapa peristiwa yang terjadi
pada Yesus mengubah kita.
Saya sering melihat bagaimana orang-orang, menerima sakit yang
mematikan, akan menggunakan sisa waktu mereka untuk mempersembahkan kematian
mereka di altar hari-hari terakhir mereka. Rasa hidup menguasai rasa kematian.
Kasih menjadi lebih kuat daripada keterasingan. Bagaimana saat ini dicapai dan
apa yang terjadi kemudian? Hal ini terjadi ketika kita berbagi yang tak dapat
dibagikan. Pelepasan orang yang sekarat sekarang menjadi sarana mempengaruhi
yang paling dalam dan paling lembut.
Meditasi membawa kita melewatinya dalam mikrokosmos dunia batin kita.
Masa Prapaskah telah membawa kita pada permenungan makna tertinggi ini.
Salam Kasih,
Laurence Freeman OSB – Director WCCM
(Diterjemahkan : Fransisca Indrawati – Komunitas Meditasi Kristiani
Indonesia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar