WCCM Lent Reflections 2016
Fourth Sunday of Lent
Injil hari ini (Lukas 15: 1-3; 11-32) adalah kisah yang tidak begitu
jelas tentang Anak Yang Hilang atau, yang lebih baik, tentang Dua Bersaudara.
Seperti Marta dan Maria dalam kisah tentang kontemplasi dan aksi, dua
bersaudara ini sepertinya tidak saling mengenal dan mempunyai konflik tetapi
juga tidak terpisahkan. Yang dipertaruhkan bukanlah memilih salah satu dari
mereka namun perlunya memperbaiki relasi mereka. Mereka semua adalah
unsur-unsur diri kita. Seperti dalam dunia mimpi, ajaran perumpamaan Yesus
terlihat hanya menempati ranah dualistic. Sebenarnya mereka non-dualistik, yang
bertentangan disatukan kembali, seperti dalam semua tingkat kesadaran yang
lebih dalam.
Sang adik menderita dari ketidaksabaran dan hasrat akan kenikmatan.
Hal itu merupakan unsur alami masa muda, yang juga menderita dari rasa takut
bahwa tidak akan bisa mengemas semua pengalaman luar biasa yang sepertinya
mungkin untuk dikemas dalam hidup. Hal ini menyebabkan semangat kreatifitas
berlebihan dan lalai dan kelelahan. Pergi terlalu jauh dan anda akan berakhir
di kandang babi keinginan-keinginan yang tak terpuaskan.
Sepertinya dia akhirnya sadar. Namun sebenarnya dia hanya mengandung
rumusan permintaan maaf dan mempertahankan diri yang dia harap akan menyentuh
hati ayahnya. Namun ayahnya begitu kegirangan menemukan kembali anaknya yang
hilang sehingga dia lupa untuk mengomelinya. Kerendahan hati palsu anak itu
runtuh di hadapan jenih kasih berlebihan tanpa syarat yang aneh dari sang ayah.
Itulah yang terakhir kita dengan dari pemuda boros ini. Dia berhenti menjadi
karakter yang menarik sampai dia benar-benar sadar dan melihat seperti apa
ayahnya sebenarnya.
Masuklah sang kakak, yang menderita dari masalah-masalah yang
sebaliknya. Tidak hidup boros dan tidak sabra namun membenarkan diri dan
sembelit kasih saying. Dia sepertinya tidak memiliki rasa kasih atau rasa benci
dalam dirinya, hanya ketegangan, obsesi diri dan iri hati. Pilih salah satu
dari mereka, pilih racun anda. Mereka berdua sama sekali gagal untuk menyadari
betapa terberkatinya mereka memiliki ayah yang luar biasa ini. Kita tidak
mendengar lagi tentang mereka setelah sang ayah menjelaskan kepada sang kakak
betapa diterima dan berharganya dia.
Sekarang tirai kisah sudah ditutup dan kita ditinggalkan untuk
menyelesaikannya dengan penafsiran kita sendiri dengan menyerap makna
tersiratnya dan masuk dalam dunia mimpi dan menemukan diri sejati kita di sana.
Jika dua bersaudara tidak disatukan, dan Maria dan Marta tidak bersahabat lagi,
diri kita sekali lagi tidak dapat menjadi sejati.
Bagaimana kedua saudara itu begitu tidak perhatian dan begitu
terobsesi diri? Tidak menyadari sang ayah yang tidak mementingkan diri sendiri,
mereka sepertinya layak untuk dipenjara dalam luka-luka yang mereka buat sendiri.
Kapan mereka akan melihat samudra kasih luar biasa yang mencari untuk
membanjiri hati mereka yang layu?
Dalai Lama pernah berkata bahwa, jika dia bisa bertanya satu
pertanyaan pada Yesus, dia akan bertanya ‘Bapa itu seperti apa?’ Yesus mungkin
akan menjawab, ‘Saya pernah mendengar cerita tentang seorang ayah yang
mempunyai dua anak..’
Salam kasih,
Laurence Freeman OSB
(Diterjemahkan : Fransisca
Indrawati – Komunitas Meditasi Kristiani Indonesia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar