WCCM lent Reflections 2015
Good Friday
Yoh
18:1-19:42:
Maka mereka
mencucukkan bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur asam, pada
sebatang hisop lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus. Sesudah Yesus meminum
anggur asam itu, berkatalah Ia: “Sudah selesai.” Lalu Ia menundukkan kepala-Nya
dan menyerahkan nyawa-Nya.
Hari ini bersama Yesus
kita berjalan dari taman di mana Dia dikhianati oleh Yudas menuju pertunjukan
hukum dimana Dia disangkal oleh Petrus, ditolak oleh orang sebangsanya,
diolok-olok oleh penguasa, disiksa dan disalibkan.
Kata-kata terakhir-Nya
bukanlah pembelaan diri, bukan pidato, bukan tuduhan melainkan pernyataan yang
apapun menjadi tujuan hidup-Nya sekarang sudah selesai. Melihat ke belakang
kita mungkin berkata, semuanya sudah berakhir, gagal total. Melihat ke depan,
kita dapat memahaminya sebagai sudah selesai sekarang, segalanya sudah dipenuhi
sesuai tujuan.
Namun saat kematian
adalah saat kini, tidak melihat ke belakang dan juga tidak melihat ke depan
untuk membuat penilaian atau untuk menghidupkan kembali harapan. Keheningan
mutlak. Inilah sebabnya detil saat kini mempunyai definisi yang tajam meskipun
tidak mudah untuk mengatakan apa maknanya. Bunga karang, anggur, hisop. Tanda
kenyamanan yang mendalam namun tidak efektif bagi orang yang sedang sekarat.
Ini adalah kualitas Zen
dari Sengsara Yesus. Jelas, sejelas dan non konseptual kesengsaraan dan
desolasi kita sendiri. Namun di sana tidak ada konsolasi palsu, tidak ada ‘akan
baik-baik saja’ atau pelukan malu-malu dari orang lain. Kita bisa berada di dalam
atau di luar pada saat ini. Jika kita berada di dalam, bersama Dia, dalam Dia,
seperti yang dikatakan-Nya Dia akan tinggal di dalam dan bersama kita, maka
saat ini bukanlah saat untuk memberi penjelasan. Di gereja pada hari ini kita
membaca Injil, kita mengucapkan doa. Namun alasan sesungguhnya kita ada di sana
adalah untuk bergabung dengan barisan orang-orang yang dengan hening, sukarela
keluar dari bangku mereka, berjalan menyusuri lorong dan mencium salib tempat
Dia wafat.
Salam kasih,
Laurence Freeman OSB
Diterjemahkan: Sisca
Indrawati H – WCCM Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar