Meditasi berkaitan dengan dua hal penting yaitu: kehadiran Allah, dan
menaruh perhatian pada kehadiran itu. Dua hal ini sama kuno atau modern sama
dengan kesadaran manusia itu sendiri. Kehidupan manusia tidak dapat dikatakan
kehidupan yang penuh tanpa kita harus belajar dan menaruh perhatian pada hidup
itu sendiri. Mengabaikan atau menunda kehidupan yang penuh adalah suatu
kebodohan dari dosa.
Kearifan itu sendiri berbeda:
"Jika engkau mau, hai
anakku, niscaya engkau akan diajar, dan kalau menaruh perhatian, maka engkau
menjadi arif. Jika engkau rela mendengarkan, maka engkau akan belajar, dan
kalau kau condongkan telinga pasti menjadi bijaksana" (Sir 6: 32-33)
Tujuan meditasi adalah kita mendengarkan dan kita menaruh perhatian.
Kita menaruh perhatian pada kehadiran Allah, yang menyebut Diri-Nya dalam kitab
Keluaran sebagai "Aku adalah Aku" (Kel 3:14). Nabi Yesaya, yang
memberi kita nama Mesias, memanggil-Nya Imanuel, Tuhan beserta kita. Berulang
kali diungkapkan dalam kisah di Kitab Suci bagaimana Allah menyatakan Diri-Nya
kepada mereka yang berjalan dengan-Nya, kepada mereka yang hidup "penuh
iman akan penyertaan-Nya".
Sekali lagi inilah apa yang mau dikatakan dalam meditasi kita: tinggal
dihadirat Allah yang bersama kita. Kita menjalani perziarahan kita dibawah
penyertaan-Nya. Meditasi adalah
perziarahan dimana kita masuk ke dalam hati kita sendiri, disana kita menemukan
Yesus. Menemukan Roh-Nya adalah langkah pertama perziarahan kita. Kemudian kita
meneruskan perziarahan dengan Yesus kepada Bapa.
(The Way of Unknowing – John Main, OSB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar