WCCM Lent Reflections 2016
Second Sunday of Lent
Bukan hanya masalah berubah, tetapi Transfigurasi. Ada saat dimana
pengikut Yesus yang dekat melihatnya sekilas meskipun saat bersejarah semacam
itu tepatnya seperti apa tentu saja kita tidak bisa tahu. Yang pasti peristiwa
tersebut sangat nyata karena menggabungkan yang agung dengan yang biasa:
Yesus membawa Petrus, Yohanes dan Yakobus, lalu naik ke atas gunung
untuk berdoa. Ketika Ia sedang berdoa, rupa wajah-Nya berubah dan pakaian-Nya
menjadi putih berkilau-kilauan. Dan tampaklah dua orang berbicara dengan Dia,
yaitu Musa dan Elia. Keduanya menampakkan diri dalam kemuliaan dan berbicara
tentang tujuan kepergian-Nya yang akan digenapi-Nya di Yerusalem. Sementara itu
Petrus dan teman-temannya telah tertidur dan ketika mereka terbangun mereka
melihat Yesus dalam kemuliaan-Nya dan kedua orang yang berdiri di dekat-Nya
itu. Dan ketika kedua orang itu hendak meninggalkan Yesus, Petrus berkata
kepada-Nya: “Guru, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami
dirikan sekarang tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk
Elia.” Tetapi Petrus tidak tahu apa yang dikatakannya itu. Sementara ia berkata
demikian, datanglah awan menaungi mereka. Dan ketika mereka masuk ke dalam awan
itu, takutlah mereka. Maka terdengarlah suara dari dalam awan itu, yang
berkata: “Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia.” Ketika suara itu
terdengar, nampaklah Yesus tinggal seorang diri. Dan murid-murid itu
merahasiakannya, dan pada masa itu mereka tidak menceriterakan kepada siapapun
apa yang telah mereka lihat itu. (Luk 9: 28-36)
Musa (Taurat) dan Elia (para Nabi) muncul bersama Yesus – bersaksi
tentang relasi yang menyatukan dan unik bagi dua kekuatan semua agama. Para
murid hampir tertidur – satu cara kita meloloskan diri dari tuntutan realitas.
Namun, meskipun mereka tetap terjaga, mereka tidak sepenuhnya hadir. Mereka
berusaha untuk mengobyektifkannya. Tetapi transfigurasi adalah soal
keterlibatan penuh, tidak berusaha untuk mengalami pengalaman. Dalam istilah
modern, peristiwa ini mirip saat yang sangat intim dan kemenangan bersama
ketika salah seorang dari anda mengeluarkan iPhone dan mulai berfoto. Seperti
biasa, Petrus merusak suasana; namun dia melakukan yang terbaik seperti yang
kita semua lakukan ketika kita mengucapkan mantra.
Kemudian, misteri itu, saat yang tidak dapat diketahui, turun atas
mereka seperti awan ketidaktahuan. Mereka masuk ke dalam kerahiman keheningan
dimana semua pengalaman, dengan berjalannya waktu, berkembang di dalam
kesadaran mereka. Setelah itu, barulah dapat dijelaskan dengan semestinya.
Salam Kasih,
Laurence Freeman OSB
(Diterjemahkan : Fransisca Indrawati – Komunitas Meditasi Kristiani
Indonesia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar