Dalam mendengarkan dengan perhatian yang penuh pada pengajaran Abbas Iskak membuat Kasianus dibakar oleh semangat berdoa dan keputusan bulat untuk bertekun dalam doa. Abbas berbicara dengan fasih dan tulus tetapi, sebagaimana yg disimpulkan oleh Kasianus dalam konferensi-konferensi yg pertama. "Dengan kata-kata Abbas Iskak, kami terpesona daripada terpuaskan, karena kami merasa bahwa walaupun doa yang sempurna telah diperlihatkan pada kami tetapi kami merasa bahwa walaupun doa yang sempurna telah diperlihatkan kepada kami, tetapi kami masih saja tidak dapat memahaminya dan membutuhkan displin untuk terus berdoa dengan tekun dan setia".
Kasianus dan Germanus kembali pada Abbas Iskak setelah beberapa hari, dengan pertanyaan sederhana: "Bagaimana kami harus berdoa? Ajarlah kami, tunjukkanlah pada kami." Jawaban atas pertanyaan mereka dapat ditemukan dalam Konferensi Kasianus Yang Kesepuluh, yang mempengaruhi pemahaman orang-orang dinegara Barat tentang doa sampai saat ini.
Unsur-unsur yang berkaitan erat dengan doa : kemiskinan dan penebusan, menyebabkan Kasianus menyebut doa sebagai "kemiskinan". "Pikiran harus terus menerus berpegang teguh pada mantra", tulis Kasianus, "sampai kita merasa kuat karena kita telah menggunakannya secara terus menerus", mantra mengesampingkan segala kekayaan pikiran yang lalu lalang dan membatasi pada kemiskinan satu kata.
Bagi mereka kemiskinan ini menggenapi kalimat sabda bahagia pertama: "Berbahagialah orang yang miskin dihadapan Allah, karena merekalah empunya Kerajaan Sorga" (Mat 5:3)
(The Teaching of John Main on Christian Meditation - MK Sby)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar