Dalam meditasi kita belajar untuk lebih peka terhadap kehadiran Allah
yang sekarang kita tangkap tidak sebagai sesuatu diluar diri kita, tetapi
sebagai sesuatu di dalam diri kita, sesuatu yang menggenggam kita pada akarnya.
Kita terus hidup dalam hadirat-Nya dengan kepercayaan yang penuh dan dengan
semakin yakin bahwa Ia adalah batu karang, fondasi, dimana kita merasa aman
untuk berdiri. Allah adalah dasar dari diri kita dimana kita berakar pada-Nya
secara abadi. Semakin lama kita bermeditasi semakin kita menyadari bahwa iman
kita tidak tergoyahkan.
Semuanya ini berasal dari latihan sederhana untuk mengucapkan mantra
kita setiap pagi dan malam, dengan semakin sederhana, semakin rendah hati,
semakin mencinta, semakin takjub. Kita kelihatan seperti orang yang congkak.
Tampaknya kita terlalu congkak untuk mengatakan bahwa kita dapat mengenal
Kristus kalau kita setia dengan meditasi kita. Tetapi saya pikir kenyataannya
memang demikian. Kita belajar, dari pengalaman hadirat-Nya, untuk menghidupi sumbernya,
untuk membawa kebaikan-Nya, kekudusan-Nya bagi semua orang yang kita jumpai.
Kita juga mengetahui bahwa kehadiran-Nya adalah sebagai cinta kasih,
pengertian, pengampunan-Nya. Yang menakjubkan dari semuanya ini ialah, jika
kita hidup berakar pada kenyataan-kenyataan ini, sebagai kebenaran yang tidak
dapat digoyahkan, tidak dapat di cabut dari diri kita sewaktu proses berjalan.
Sungguh, kita secara terus-menerus memperdalam komitmen kita pada Kristus.
( The Way of Unknowing – John Main, OSB )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar